Pengertian Serat Wedhatama Dan Isi Serat Wedhatama Karangan KGPAA Mangkunegara IV | By. MuridTeladan

Serat Wedhatama Karangan KGPAA Mangkunegoro IV

adat-jawa

 Dalam mata pelajaran Bahasa Jawa kalian pasti akan menemukan yang namanya SERAT WEDHATAMA. memang apa sih yang dimaksud Serat Wedhatama? Berikutlah penjelasannya:

Apa itu Serat Wedhatama?

  Serat Wedhatama merupakan karya atau karangan KGPAA Sri Mangkunegara IV pada tahun 1850an.  Serat Wedhatama ditulis dalam wujud tembang macapat yang berjumlah 100 pada atau bait.  

Apa Saja Isi Serat Wedhatama?

  Jumlah 100 bait itu dibagi menjadi 5 Pupuh atau bagian. Kelima Pupuh itu yakni Pupuh Pangkur, Sinom, Pocung, Gambuh dan Kinanthi.
  • Serat Wedhatama pupuh Pangkur (14 pada )
  • Serat Wedhatama Pupuh Sinom (18 pada)
  • Serat Wedhatama Pupuh Pocung(15 pada)
  • Serat Wedhatama Pupuh Gambuh (35pada)
  • Serat Wedhatama Pupuh Kinanthi (18 pada)


 Membicarakan tembang, baik tembang pangkur dan tembang yang lainnya, kita tidak bisa lepas dari yang namanya Paugeran Tembang.  Apa itu paugeran Tembang? 

 Pathokan Tembang/Paugeran Tembang

 Paugeran adalah patokan atau tata cara baku yang tidak boleh dirubah pada saat menulis tembang.  Patokan utama tersebut ada tiga yakni guru lagu, guru wilangan dan guru gatra. Masing-masing tembang mempunyai peraturan yang berbeda. 

Pengertian guru lagu, guru wilangan dan guru gatra.

1. Guru Gatra atau bisa disebut dengan Gatra, baris yaitu jumlah larik atau baris dalam 1 buah bait atau pada. Guru gatra tembang pangkur berjumlah 7 baris.

2. Guru lagu yaitu suara vokal terakhir dalam akhir baris tembang. Dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan persajakan atau Irama. Bedanya, guru lagu hanya diambil suara vokalnya saja.

Contoh

Angkara mempunyai guru lagu          A

Siwi mempunyai guru lagu                 I

Kidung mempunyai guru lagu            I

Sinukarta mempunyai guru lagu        A

3. Guru Wilangan yakni Jumlah suku kata dalam satu baris.

Contoh

Ming/kar/ming/kur/ing/Ang/ka/ra/      ----- > 8 guru wilangan.

A/ka/ra/na/ ka/ra/nan/ mar/di/ si/wi    ----- > 11 guru wilangan

Si/na/wung/ res/mi/ning/ki/dung            ----- > 8 guru wilangan

Si/nu/ba/ si/nu/kar/ta                                   ----- > 7 guru wilangan

Mrih/ kre/tar/ta/ pa/kar/ti/ning/ ngel/mu/ lu/hung                        ----- > 12 guru wilangan

Kang/ tum/rap/ neng/ ta/nah/ Ja/wa     ----- > 8 guru wilangan

A/ga/ma/ a/ge/ming/ a/ji                            ----- > 8 guru wilangan

Secara ringkas, paugeran tembang pangkur adalah sebagai berikut.


Gatra Tembang

Guru Lagu &

Guru Wilangan

Guru Gatra

Jinejer neng Wedatama

Mrih tan kemba kembenganing pambudi

Mangka nadyan tuwa pikun

Yen tan mikani rasa,

yekti sepi asepa lir sepah, samun,

Samangsane pasamuan

Gonyak ganyuk nglilingsemi.

8a,

11i


8u

7a

12u

8a

8i.

7

untuk memenuhi paugeran dari tembang macapat tersebut, kadang seorang akan mengalami kesulitan. dalam pemilihan tembung. Oleh karenanya, bisa digunakan widya basa tentang tata cara pembentukan kata untuk pemenuhan paugeran tersebut.

Widya Basa

Dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan ilmu bahasa. Dalam menulis tembang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama mengenai diksi Bahasa Jawa (tembung yang dipilih). Kata-kata tersebut bisa berupa atau Tembung Lingga (kata asli) atau kata turunan (Tembung Andhahan). Tembung lingga adalah kata dasar, yakni tembung asli yang tidak mendapat imbuhan atau perubahan. Sedangkan Tembung Andhahan adalah lawan dari kata dasar yakni adalah kata yang mendapatkan ater-ater penambang seselan dan Tembung garba atau mengalami perubahan seperti pengulangan.

a)      ater-ater adalah huruf atau suku kata yang berada di depan kata dasar. jenis ater-ater ada tiga macam, yaitu

Ø  ater-ater anuswara (n, m, ny, ng). Ater-ater ini punya fungsi merubah kata kata benda menjadi kata kerja.

Contoh:

n + sapu menjadi nyapu

n + tulis menjadi nulis

ng + langi menjadi nglangi

Ø  Ater-ater tripurusa ( dak, ko, di ). Ater-ater tripurusa mempunyai fungsi sebagai kata ganti aku (dak) kamu (ko) dia (di). Dalam beberapa dialeg kedaerahan, ater-ater tripurusa berubah sesuai kaidah bahasa lokal masing-masing seperti dak menjadi takko menjadi mbok. Untuk ater-ater di, belum ditemukan perubahan.

Contoh:

  • dak + tulis menjadi daktulis
  • Kok + pangan menjadi kokpangan
  • Di + sawang menjadi disawang

Ø  Ater-ater lain seperti sa, pa, pi,  Ka, kuma, ka, pi, kami, a, ma, dan lain sebagainya. 

b)      Panambang yaitu imbuhan berupa huruf atau suku kata yang berada dalam akhir tembung lingga.

jenis panambang ada banyak, diantaranya adalah –a, -ke, -an, -e, -pun.

contoh:

mulih+a menjadi muliha

gawa+an menjadi gawan ----- > termasuk dalam tembung garba.

dhuwit+e menjadi dhuwite

 

c)      Seselan atau sisipan. Seselan di dalam bahasa Jawa hanya ada dua yaitu -in- dan -um-. Letak seselan biasanya berada setelah suku kata pertama dalam kata dasar. Untuk mengetahui kata mendapat seselan atau tidak Kita harus tahu apa kata dasar dari kata tersebut. Contoh:

tinulis == > in + tulis. 

tinimbang == > in + timBang.

sinuksmaya == > in + suksmaya

tumrap == > um + Trap

tumiba == > um + tiba

tumungkul == > um + tungkul

 

 d) Tembung garba. Secara gampang tembung garba bisa dipahami sebagai pelesapan 2 buah huruf vokal menjadi satu atau menyatunya dua huruf vokal. Pelesapan ini bisa terjadi antara 2 buah kata atau kata dengan imbuhan ater-ater maupun panambang. Tembung Garba punya rumus sebagai berikut.

a + a menjadi a

a + i menjadi e

u + a menjadi o

Contoh

jiwa + angga menjadi jiwangga

pa + temu + an menjadi patemon

ka + ider + an menjadi kederan.


Nah itulah sedikit penjelasan mengenai serat wedhatama dan isi dari serat wedhatama. Bila ada kekurangan saya mohon maaf sebesar-besarnya.


Belum ada Komentar untuk "Pengertian Serat Wedhatama Dan Isi Serat Wedhatama Karangan KGPAA Mangkunegara IV | By. MuridTeladan"

Posting Komentar

Telusuri Disini

Sponsor

Ads

Iklan Bawah Artikel